Merangkum Permintaan Baja ASEAN-6 di S1 2019

Permintaan Baja ASEAN-6

Masih ingat soal prediksi Worldsteel soal meningkatnya permintaan baja pada wilayah ASEAN, Cina, dan India? Yaaap, prediksi tersebut sama sekali tidak keliru. SEAISI baru-baru ini merilis laporan mengenai perdagang baja di negara ASEAN-6 di semester pertama 2019. ASEAN-6 merupakan 6 negara di Asia Tenggara yang terdiri dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Keenam negara ini sama-sama didapuk sebagai “Macan ASEAN” karena geliat ekonominya yang sedang berkembang. Sejalan dengan julukannya itu, negara-negara ini menujukkan rapor yang baik dalam industri baja di awal tahun ini.

Permintaan Baja ASEAN-6

Dilansir oleh SEAISI, tingkat pertumbuhan impor baja jadi (finished steel) di ASEAN-6 meningkat secara signifikan di angka 5,6% y-o-y atau sebanyak 25 juta ton jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya sebanyak 2,8% y-o-y. Sedangkan untuk impor baja panjang (long product) turun sebanyak 3,4% y-o-y atau sekitar 6 juta ton. Kebalikannya, impor baja datar (flat product) mengalami kenaikan sebanyak 8,9% y-o-y menjadi sekitar 19 juta ton di periode yang sama.

Untuk ekspor baja jadi (finished steel) melonjak hingga 16-17% y-o-y atau setara dengan 7 juta ton pada semesater pertama 2019. Sedangkan untuk baja panjang (long product) maupun baja datar (flat product) sama-sama mengalami pertumbuhan sebanyak dua digit pada periode yang sama. Bravo!

Indonesia

Indonesia mengalami pengingkatan impor baja secara moderat, sekitar 4% y-o-y atau sebanyak 4 juta ton. Sedangkan impor baja panjang (long product) menurun hingga dibawah angka satu juta ton, berbanding terbalik dengan impor baja datar (flat product) yang mengingkat di angka 7% y-o-y karena melonjaknya kebutuhan pada HRC dan CRC.

Di ranah ekspor, Indonesia boleh berbangga diri karena berhasil menggenjot volume ekspor baja jadi (finished steel) menjadi 42% y-o-y atau sebesar 1,6 juta ton di semester pertama 2019. Cukup banyak, bukan? Hal ini dipengaruhi terutama oleh penguatan ekspor baja datar (flat product) yang hampir dua kali lipat. Namun, ekspor baja panjang (long product) sedikit mengalami penurunan.

Malaysia

Impor baja jadi (finished steel) Malaysia menurun hampir 10% y-o-y menjadi 3,3 juta ton. Meski jumlah ini masih didominasi oleh baja datar (flat product) namun sesungguhnya volumenya menurun menjadi 2,4 juta ton. Sementara itu, impor baja panjang (long product) malah mengalami peningkatan hingga 17% y-o-y.

Sama hanya dengan Indonesia, ekspor baja Malaysia mengalami peningkatan hingga 55% y-o-y atau setara dengan 897.601 ton. Ekspansi besar-besaran pada ekpor baja panjang (long product) meningkat menjadi tiga kali lipat jika dibandingkan tahun lalu. Ekspor produk-produk batangan meningkat dua kali lipat, sedangkan ekspor wirerod meningkat lebih dari lima kali lipat.

Filipina

Negara ini tidak mencatat adanya aktivitas ekspor yang tercatat di semester pertama tahun 2019. Impor baja jadi (finished product) pun relatif stabil dengan peningkatan hanya sebesar 2% y-o-y menjadi 2,7 juta ton. Produk baja panjang (long product) malah mengalami penurunan sebanyak 7% y-o-y, sedangkan baja datar (long product) meningkat sebanyak 9% menjadi 1,7 juta ton pada periode yang sama.

Singapura

Impor baja jadi (finished product) menurun hingga 8% y-o-y menjadi sebesar 3,7 juta ton pada semester pertama 2019. Hal ini linier dengan penurunan baik produk baja panjang (long product) dan baja datar (flat product), masing-masing 11% (2,3 juta ton) dan 3% (1,4 juta ton).

Thailand

Thailand mengalami pergerakan yang moderat seperti Indonesia dengan kenaikan impor baja jadi (finished product) sebanyak 4,5% y-o-y atau sekitar 6 juta ton. Sama halnya dengan impor baja panjang (long product) dan baja datar (flat product) negara ini, berada pada angka 4-5% y-o-y. Impor plat HRC dan lembaran berlapis mencatat kenaikan sebanyak dua digit yang disebabkan oleh substitusi untuk lambatnya pasokan domestik.

Di sisi lain, ekspor baja jadi (finished product) mengalami penurunan sebanyak 11,3% y-o-y menjadi sebesar 695.188 ton. Di saat ekspor baja panjang (long product) cenderung stagnan dengan kenaikan hanya 1% y-o-y, ekspor baja datar (flat product) malah turun hingga 26%.

Vietnam

Vietnam menjadi satu-satunya negara ASEAN-6 yang sama-sama mengalami peningkatan baik di ranah impor dan ekspor. Impor baja jadi (finished product) Vietnam mengalami kenaikan sebesar 21% atau setara dengan 7 juta ton. Sebagian besar impor tersebut merupakan baja datar (flat product) dengan peningkatan volume mencapai 17-18% y-o-y. Meski begitu, impor baja panjang (long product) juga meningkat secara signifikan, hampir 50%.

Ekspor Vietnam juga meningkat, hanya saja lebih moderat sekiat 8% y-o-y. Ekspor baja panjang (long product) melonjak dari sekitar 300.000 ton menjadi 1,1 juta ton di periode yang sama. Berkebalikan degan keadaan tersebut, ekpor baja datar (flat product) sedikit melambat sekitar 2,5% y-o-y atau setara dengan 2,3 juta ton.

Jadi, bagaimana? Melihat permintaan baja ASEAN-6, apakah Perkasa Partner semakin optimis dengan industri besi dan baja di tahun-tahun mendatang?

Bagikan sekarang