Menaksir Permintaan Baja Dunia di 2019 dan 2020
Apakah Anda merasa bahwa ekonomi akhir-akhir ini sedang lesu, khususnya dalam industri besi baja? Jika iya, wajar saja itu terjadi mengingat Indonesia sedang menghelat pesta demokrasi terbesar di tahun ini. Meski telah berlangsung semenjak sebulan lalu, hasil pilpres yang baru dirilis oleh KPU lah yang membuat topik ini semakin menarik. Itu berarti proyek-proyek pembangunan—yang sudah pasti berkaitan dengan industri besi baja—akan ditunda hingga situasi politik negara menjadi stabil. Lalu, bagaimana permintaan baja dunia?
Pertumbuhan Permintaan Baja Dunia Tetap Positif
Kabar baiknya, keadaan di kancah dunia justru berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di negeri ini. World Steel Association (Worldsteel) menaksir pertumbuhan permintaan baja dunia akan naik 1,3% di tahun 2019, dibandingkan dengan permintaan di tahun lalu. Kenaikan ini diperkirakan mencapai angka sebesar 1,735 miliar ton. Sedangkan di tahun 2020, permintaan baja akan mengingkat sebesar 1,0% menjadi 1,752 miliar ton.
Memang perlu diakui, bahwa di tahun 2018, permintaan baja dunia meningkat hingga 2,1%. Sedikit lebih rendah dari peningkatan permintaan baja di tahun 2017. Namun, mengingat ekonomi dunia yang sedang melambat, ditambah dengan ketidakpastian mengenai kebijakan perdagang dan situasi politik, 1,3% adalah angka yang terbilang cukup baik. Ditengah drama perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, 1,3% ini dianggap sebagai “kemungkinan moderasi dalam kepercayaan bisnis dan investasi.”
Worldsteel juga memperkirakan bahwa permintaan baja di negara berkembang selain Cina akan tumbuh sebesar 2,9% di tahun 2019 dan 4,6% di tahun 2020, berkaitan dengan pembangunan infrastruktur yang digencarkan. Permintaan baja juga akan tumbuh meski tidak signifikan di Cina dan Uni Eropa, namun sayangnya mengalami penurunan di Amerika Serikat, Korea, dan Jepang. Bisa dibilang, sektor konstruksi memang memberikan sumbangsih paling besar dibanding sektor otomotif yang justru mengalami perlambatan di tahun-tahun ke depan.
Permintaan Baja di Sektor Otomotif
Industri otomotif mengalami perlambatan yang cukup tajam di tahun 2018, khususnya di Uni Eropa, Turki, dan Cina. Penurunan terbesar di tahun 2018 dialami oleh Turki (-9,0%) dan Inggris (-5,5%). Sehingga, pertumbuhan produksi kendaraan dunia melambat dari 4,9% di tahun 2017 menjadi 2,2% di tahun 2018. Produksi kendaraan masih akan mengalami perlambatan hingga mencapai 1% dengan harapan bahwa di tahun 2020 akan lebih stabil.
Permintaan Baja di Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi juga akan jalan di tempat nagi negara-negara maju. Tapi berkat rebound di negara-negara berkembang, pertumbuhan sektor konstruksi dunia akan dipertahankan pada level 3% di tahun 2019 dan 2020. Di Cina, Turki, Korea Selatan, dan Aregentina, kegiatan konstruksi akan mengalami penurunan di tahun ini. Melemahnya investasi dan buruknya kondisi perdagangan juga memengaruhi sektor permesinan dunia. Sektor ini diperkirakan akan mengalami perlambatan yang stabil yang berlangsung hingga tahun 2020 dan akan lebih terlihat di negara-negara dengan pusat produksi seperti Jerman, Jepang, dan Cina.
“Di tahun 2019 dan 2020, permintaan baja dunia diperkirakan akan terus tumbuh, tetapi tingkat pertumbuhan akan moderat seiring dengan perlambatan ekonomi global,” kata Saeed Ghumran Al Remeithi, ketua Komite Ekonomi Worldsteel. “Ketidakpastian atas kondisi perdagangan dan volatilitas di pasar keuangan masih belum reda dan bisa menimbulkan resiko penurunan dari angka-angka yang telah diperkirakan ini,” tambahnya.
Anggota-anggota Worldsteel mewakili 85% dari produksi baja dunia. Termasuk di dalamnya terdapat lebih dari 160 produsen baja dengan 9 dari 10 merupakan perusahaan baja terbesar, asosiasi industri baja nasional dan regional, serta lembaga penelitian baja.