Rendahnya Pertumbuhan Industri Baja Global
Meski dalam jangka pendek permintaan baja global akan terus tumbuh, tapi nyatanya Worldsteel mengkhawatirkan adanya pernurunan permintaan baja global pada jangka panjang. Industri baja global sedang menghadapi ketidakpastiaan yang luar biasa besar sekarang meski sesungguhnya kita semua mengharapkan sedikit perlambatan dalam pertumbuhan produksi baja global, kata Ketua Asosiasi Baja Dunia, Andre Gerdau Johanpeter. Kemerosotan dan rendahnya permintaan baja global ini diduga karena ada tren baru yang ikut membentuk industri ini.
“Permintaan baja berada di titik yang dapat diikuti oleh periode rendahnya pertumbuhan yang berkepanjangan,” kata Johanpeter. Tantangan-tantangan baru yang mungkin dihadapi oleh industri baja adalah pertambahan pertumbuhan populasi, populasi yang semakin menua di negara-negara berkembang, serta peningkatan ketimpangan pendapatan yang bisa mengancam pertumbuhan kelas menengah. Selain itu kampanye-kampanye sustainable living dan pembangunan berkelanjutan menjadi konsep krusial yang sedang dielu-elukan sehingga turut memengaruhi pertumbuhan sektor baja global.
Turunnya Permintaan Baja
Saat ini, permintaan baja global masih didominasi oleh Cina dengan kapasitas 50% dari keseluruhan produksi baja dunia. Namun, di tahun ini industri baja Cina diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 1% menjadi 843,3 juta metrik ton. Sementara tingkat produksinya diperkirakan akan naik sebesar 2%, mencapai 930 juta metrik ton. Di tahun 2020, permintaan baja di Cina diperkirakan akan turun menjadi 834,9 juta ton.
Sedangkan di luar Cina, ketidakpastiaan politik membuat permintaan baja cenderung menurun. Di negara-negara maju, pertumbuhan akan tetap stagnan dan moderat. Sedangkan di negara-negara berkembang, yang kebanyakan berada di negara Asia, memiliki prospek positif yang beragam. India contohnya, negara ini diperkirakan melapaui Amerika Serikat untuk didapuk sebagai negara pengguna baja terbesar kedua di dunia. Namun tentu saja, masih jauh di bawah angka Cina yang bertahan sebagai negara pengguman baja nomor satu di dunia. Worldsteel memperkirakan konsumsi baja India akan berada pada angka 110 juta metrik ton di tahun 2020, kemudian diikuti oleh Amerika Serikat di angka 101 juta metrik ton, dan Jepang di angka 64 juta metrik ton.
Baca juga: Prediksi Harga Besi 2024: Industri Konstruksi Wajib Tau!
Industri Baja Global Kelebihan Kapasitas
Menurut Worldsteel, kapasitas produksi baja dunia pada tahun 2018 mencapai 2,235 miliar metrik ton dengan besar konsumsi sebesar 1,840 miliar metrik ton. Sehingga kelebihan kapasitas produksi adalah sekitar 395 juta metrik ton, yang hingga kini masih menjadi diskusi dan negoisasi dalam kancah global. Kelebihan-kelebihan kapasitas itu antara lain berada di Cina (154 juta metrik ton), CIS (81 juta metrik ton), Asia di luar Cina (80 juta metrik ton), Eropa (47 juta metrik ton), Amerika Tengah dan Selatan (26 juta metrik ton), Ocenia, Timur Tengah, Afrika Utara (13 juta metrik ton), serta NAFTA (-6 juta metrik ton).
Menurut Johanpeter, pemerintah harus ikut andil dalam menjaga persaingan yang adil dalam sektor industri baja global. Salah satu contohnya adalah mengenai mekanisme penetapan harga kabon di tingkat regional. Mengingat baja adalah material yang paling bisa di daur ulang di dunia, mitigasi CO2 malah lebih memungkinkan terjadi pada sektor lain. Sehingga kemajuan teknologi dalam pembuatan baja dan implementasinya harus dipertahankan, bahkan dipercepat.
“Sektor baja harus dapat mengambil lompatan besar kedepannya saat industri ini berhasil mengurangi emisi melalu terknologi terbaru,” kata Johanpeter.
Baca Juga: Perbandingan antara Plat Besi Hitam dan Plat Besi Galvanis