India Gencarkan Ekspor ke Indonesia dan Vietnam

Ekspor India ke Indonesia dan Vietnam

Akhir tahun ini, India sedang gencar-gencarnya mengekspor produk slab mereka ke negara-negara Asia lainnya, diantaranya adalah Cina dan Indonesia. Salah satu pabrik India telah berhasil menjual 40.000 ton slab dengan kisaran harga $USD376/ton CFR ke Indonesia untuk pengiriman di bulan Desember. Sedangkan di Cina, mereka berhasil mengekspor dua kargo slab 20.000 ton seharga $USD370/ton CFR di November ini. Hal ini selaras dengan permintaan pasar Cina pada volume ekspor slab yang cenderung meningkat. Dengan kata lain, ekspor India ke negara-negara Asia lainnya bagaikan pucuk dicinta ulam pun tiba.

Kallanish mencatat, harga slab dari pabrik-pabrik India merupakan harga yang paling kompetitif dalam beberapa bulan terakhir. Di Indonesia sendiri, harga yang mereka tawarkan mengalami penurunan. Di bulan September, slab dijual dengan harga $428/ton CFR, sedangkan di bulan Oktober harganya menjadi $410/ton CFR. Cukup signifikan, bukan? Tentu saja penggiat industri baja lokal di Indonesia turut penasaran berapa lama kondisi ini akan terjadi. Hal ini dikarenakan ekspor slab dari India ke Indonesia adalah kejadian baru.

Sementara itu di India sendiri, harga domestik hot rolled coil (HRC) diperkirakan akan menguat. Sayangnya, permintaan domestik justru tidak begitu bagus dan cenderung lemah. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan volume produksi yang memaksa pabrik-pabrik di India untuk mengekspor HRC dengan harga yang lebih rendah, terutama ke Vietnam. Ekspor baja India di bulan Oktober lalu melonjak hingga 60% menjadi 950.000 ton jika dibandingkan dengan tahun lalu, salah satunya dipengaruhi oleh lonjakan ekspor HRC.

Potensi Ekspor India dan Indonesia di belakang Cina

India memang digadang-gadang sebagai negara yang bisa mengejar kemampuan produksi Cina. Di bawah pemerintahan PM Narendra Modi pada 5 tahun lalu, India dengan giat menawarkan insentif kepada perusahaan asing untuk membuka pabrik di India. Hal ini juga didukung oleh banyaknya populasi usia produktif yang dimiliki India dan diproyeksikan akan mencapai 1 milyar jiwa di tahun 2050 mendatang. Namun sayangnya, India masih harus berurusan dengan hal-hal yang cukup menghambat perkembangannya seperti infrastruktur yang tidak memadai, lahan yang sudah ketinggalan zaman, peraturan ketenagakerjaan, dan birokrasi yang kurang baik.

Sama halnya dengan apa yang terjadi di Indonesia. Indonesia boleh saja bangga karena mampu mengalahkan India pada stabilitas ekonomi makro dalam studi yang dianalisis oleh Bloomberg Economics. Namun dalam perkara infrastruktur, Indonesia sama buruknya dengan India. Tak hanya itu, peraturan lokal yang tidak praktis, perpajakan, serta sulitnya memperoleh izin usaha di Indonesia membuat investor-investor jadi pikir dua kali untuk berbisnis di negara ini.

Bagikan sekarang