Besi Beton SNI: Memahami Kualifikasi BSN Beserta Fungsinya

Besi Beton SNI

Siapa yang tak kenal dengan besi beton? Besi ini merupakan material yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi bangunan. Besi beton juga dikenal dengan nama baja tulangan maupun besi tulangan beton dipasaran. Penggunaannya yang luas dan fungsinya yang vital sebagai tulang atau rangka bangunan, menjadikan besi ini sebagai material yang wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Besi beton harus memiliki kualifikasi SNI, karena penggunaan besi beton SNI akan berimbas pada keamanan dan keselamatan, mengingat berkaitan dengan kekuatan dan ketahanan bangunan. 

Ada 2 jenis besi beton, yaitu besi beton polos dan besi beton ulir. Besi beton polos biasa digunakan untuk dowels spiral dan pendukung struktur pada konstruksi. Sedangkan beton ulir digunakan untuk pembangunan konstruksi dan infrastruktur yang membutuhkan daya tarik lebih kuat seperti gedung pencakar langit. Sirip-sirip pada besi beton ulir inilah yang berfungsi untuk menghalangi pergerakan pada arah longitudinal batang terhadap beton.

Mengulik spesifikasi yang harus dimiliki, kurang lengkap rasanya jika tak menilik bagaimana proses pembuatan besi beton. Secara singkat, proses pembuatan beton dimulai dari pemanasan billet baja pada temperatur ±1300°C untuk memudahkan proses canai. Billet yang telah dipanaskan akan dimasukkan ke mesin roll untuk disesuaikan ukuran diameternya. Setelah itu billet akan didinginkan dan dipotong-potong dengan ukuran panjang yang telah ditentukan.

Apa itu besi beton SNI 

Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembuatan standarisasi, termasuk standarisasi baja tulangan beton. Baja tulangan beton bisa dikatakan memenuhi kualitas SNI apabila mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan BSN atau paling tidak memenuhi toleransi yang sudah diberlakukan. Dalam hal ini, BSN mengatur beberapa hal dan menjelaskan beberapa istilah mengenai fisik besi ini, diantaranya adalah sebagai berikut.

  • Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan
  • Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal
  • Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip
  • Sirip Melintang, merupakan setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap sudut batang baja tulangan beton.

Sejarah SNI pada besi beton

Pengembangan dan penerapan standardisasi di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, hingga pasca diproklamasikannya kemerdekaan yang menyatakan Indonesia resmi berdaulat.

Standardisasi digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi kolonial sehingga dapat berjalan dengan lancar. Lembaga resmi yang berkaitan dengan kegiatan standardisasi itu dimulai pada tahun 1928 di Hindia Belanda, dengan didirikannya Stichting Fonds voor de Normalisatie in Nederlands Indie (Yayasan Normalisasi di Hindia Belanda) dan Normalisatie Road (Dewan Normalisasi) yang berkedudukan di Bandung. Para ahli teknik Belanda yang kebanyakan adalah insinyur sipil mulai menyusun standar untuk bahan bangunan, alat transportasi disusul dengan standar instalasi listrik dan persyaratan untuk saluran luar. Selama perang dunia II dan pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) dapat dikatakan bahwa  kegiatan standardisasi formal terhenti.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia membentuk pemerintahan dan merencanakan pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat menuju kesetaraan dengan negara-negara lain. 

Pemerintah mulai menempatkan standardisasi sebagai fungsi strategis dalam menunjang pembangunan nasional. Pada tahun 1973 ditetapkan program “Pengembangan Sistem Nasional untuk Standardisasi” sebagai prioritas dan pada tahun 1976 dibentuk Panitia Persiapan Sistem Standardisasi Nasional. Pada tahun 1984 dengan SK Presiden RI dibentuk Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dengan tugas pokok menetapkan kebijakan standardisasi, melaksanakan koordinasi dan membina kerjasama di bidang standardisasi nasional. Pada tanggal 26 Maret 1997, pemerintah membubarkan DSN yang selanjutnya berganti menjadi  Badan Standardisasi Nasional (BSN). 

Kemudian Standar besi beton SNI untuk industri baja Indonesia berlaku dalam SII 138-1984 yang mengatur perihal Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan Beton. Setelahnya terdapat beberapa poin revisi dan diubah menjadi SNI 07-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional pada tahun 2002. Revisi-revisi dalam poin standarisasi juga sebenarnya diupayakan untuk memperkecil adanya produk baja tulangan yang tidak sesuai standar atau sering disebut dengan julukan beton banci.

Definisi / Pengertian SNI  

SNI adalah standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk berbagai hasil produksi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia, baik itu yang diproduksi secara perseorangan maupun yang diproduksi oleh sebuah badan atau perusahaan. Hal ini ini telah diatur di dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.72/M-DAG/PER/9/2015 yang mewajibkan barang-barang dalam kategori tertentu harus diproduksi sesuai dengan SNI. 

Penerapan SNI pada produk besi beton, akan membuat Perkasa partner menjadi lebih aman dan nyaman dalam penggunaannya, karena akan berimbas pada keamanan dan keselamatan, mengingat berkaitan dengan kekuatan dan ketahanan bangunan.

Spesifikasi Beton Polos dan Besi Beton Ulir SNI Menurut BSN

Berdasarkan sifat tampaknya

Besi beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna (luka pada permukaan akibat proses canai) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.

Berdasarkan bentuknya

Besi beton polos memiliki permukaan baja tulangan yang rata dan tidak bersirip. Sedangkan spesifikasi beton ulir atau beton bersirip sedikit lebih rumit. Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang; sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Sirip-sirip tersebut harus terletak pada jarak yang teratur serta memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Sirip melintang tidak diperbolehkan membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang. Apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi atau kedua sisi dibuat berlawanan. Sedangkan, bila sudutnya diatas 70°, arah yang berlawanan tidak diperlukan.

Bahan Baku Besi Beton Polos dan Ulir

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan besi beton adalah berasal dari billet baja dan memiliki ukuran maupun diameter yang telah ditetapkan dalam standar tertentu. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan lebih detail komposisi dari billet. 

Kelas baja tulanganKandungan unsur maksimum (%)
CSiMnPSC Eq*
BjTP 2800,0500,050
BjTS 2800,0500,050
BjTS 420A0,320,551,650,0500,0500,60
BjTS 420B0,320,551,650,0500,0500,60
BjTS 5200,350,551,650,0500,0500,625
BjTS 5500,350,551,650,0500,0500,625
BjTS 700**0,350,551,650,0500,0500,625
Tabel komposisi billet (bahan baku pembuatan besi beton)

Catatan:

  • Toleransi nilai karbon ( C ) pada produk besi beton diperbolehkan lebih besar 0.03%
  • *karbon ekivalen (Ceq) diperoleh dari Ceq= C + Mn/6 + Si/24 + Ni/40 + Cr/5 + Mo/4 + V/14
  • **BjTS 700 perlu ditambahkan unsur paduan lainnya sesuai kebutuhan selain pada tabel di atas dan termasuk kelompok baja paduan

Ukuran Diameter Besi Beton Polos dan Ulir

Nah, BSN juga memberikan ketentuan mengenai ukuran diameter besi beton yang sesuai dengan SNI nih. Tabel ini dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis besi beton, yaitu tabel besi beton polos dan tabel besi beton ulir. Angka yang tercantum dalam tabel ini memang angka yang pas, tapi dalam praktiknya angka ini dijadikan acuan kisaran dipasaran. Dalam tabel ini diatur mengenai penamaan, diameter nominal besi beton dan luas penampang nominal

NoPenamaanDiameter
nominal (d)
mm
Luas penampang
nominal (A)
mm2
1P 6628
2P 8850
3P 101079
4P 1212113
5P 1414154
6P 1616201
7P 1919284
8P 2222380
9P 2525491
10P 2828616
11P 3232804
12P 36361018
13P 40401257
14P 50501964
Tabel ukuran diameter nominal dan luas penampang nominal besi beton polos

Sama halnya dengan beton polos, tabel besi beton ulir juga memuat informasi mengenai ukuran diameter besi beton ulir. Selain itu, karena besi beton ulir memiliki sirip maka ditambahkan atribut lain seperti diameter dalam, tinggi sirip melintang, jarak sirip melintang, dan lebar rusuk memajang.

NoPenamaanDiameter
nominal (d)
mm
Luas penampang
nominal (A)
mm2
Tinggi sirip (H)
mm
Jarak sirip melintang (P) maks
mm
Lebar sirip membujur (T) maks
mm
minmaks
1S 66280,30,64,24,7
2S 88500,40,85,66,3
3S 1010790,51,07,07,9
4S 13131330,71,39,110,2
5S 16162010,81,611,212,6
6S 19192841,01,913,314,9
7S 22223801,12,215,417,3
8S 25254911,32,517,519,7
9S 29296611,52,920,322,8
10S 32328041,63,222,425,1
11S 363610181,83,625,228,3
12S 404012572,04,028,031,4
13S 505019642,55,035,039,3
14S 545422902,75,437,842,3
15S 575725522,95,739,944,6
Tabel ukuran besi beton sirip/ulir

Catatan: 

Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, dan ukuran sirip adalah sebagai berikut:

  • Luas penampang nominal (A)
    A = (0,7854 x d2) / 100 (mm2)
  • D = diameter nominal (mm)
  • Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
  • Tinggi sirip minimum = 0,05 d 
  • Tinggi sirip maksimum = 0,10 d 
  • Jumlah 2 (dua) sirip membujur maksimum = 0,25 K 
  • Keliling nominal (K) = 0,3142 x d (mm)

Toleransi Diameter Besi Beton

Ukuran diameter adalah salah satu hal yang paling diperhitungkan jika membicarakan beton berstandar SNI. Meski begitu, bukan berarti ukuran diameternya dapat diamati dengan mudah. Pengukuran besi didasarkan pada satuan milimeter, sehingga untuk menghitung toleransi ukurannya, maka harus menggunakan jangka sorong agar mendapatkan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat besar toleransi pada setiap ukuran diameter baja tulangan.

NoDiameter (d)
mm
Toleransi (t)
mm
Penyimpangan kebundaran maks (p)
mm
16± 0,30,42
28 ≤ d ≤ 14± 0,40,56
316 ≤ d ≤ 25± 0,50,70
428 ≤ d ≤ 34± 0,60,84
5d ≥ 36± 0,81,12
Tabel Ukuran Toleransi Diameter Besi Beton SNI 

Catatan:

1. Penyimpangan kebundaran maksimum dengan rumus: 

    p = (diameter maks – diameter min) ≤ (2t × 70%) 

2. Toleransi untuk baja tulangan beton polos = d – d aktual

Toleransi ukuran dalam hal ini diartikan sebagai penyimpangan ukuran yang masih dalam batas wajar, baik lebih dari maupun kurang dari. Contohnya, dalam tabel tersebut disebutkan bahwa toleransi dari beton polos berdiameter 6 mm adalah ±0.3 mm. Hal itu berarti bahwa beton polos berdiameter 6 mm seminim-minimnya harus memiliki lebar diameter terukur (real) sebesar 5.7 mm. Contoh lainnya adalah beton polos berdiameter 10 mm dengan toleransi ukuran ±0.4 mm. Berarti ukuran real paling minimum yang harus dimiliki oleh beton polos D10 adalah 9.6 mm, jika ingin dikategorikan sebagai beton SNI.

Lalu bagaimana dengan toleransi besi beton ulir?

Nilai toleransi ukuran pada beton polos dan beton ulir sebenarnya sama. Hanya saja, pada beton ulir diameter diukur bukan dari ujung sirip ke ujung sirip yang memanjang, namun berdasarkan diameter dalam baja tulangan. 

Besi beton banci yang beredar dipasaran biasanya mengurangi ukuran diameternya dengan cukup signifikan, sekitar ±0.8 mm. Memang terlihat tidak begitu banyak, mengingat ukurannya dalam satuan milimeter. Namun, selisih ini sesungguhnya sangat berpengaruh pada kualitas bangunan dan keamanannya. Nah, Besi beton banci ini adalah besi beton yang memiliki ukuran, spesifikasi, dan kualitas yang tidak sesuai dengan kriteria SNI. Dalam hal ini, Perkasa Partner bisa tenang ketika membeli besi beton di SMS Perkasa, karena kami hanya menjual besi beton berstandar SNI. Hubungi Tim Sales kami untuk konsultasikan kebutuhan Anda sekarang juga. 

Untuk informasi lengkap, Anda dapat menonton video mengenai perbedaan besi beton SNI vs besi beton banci di bawah ini.

Panjang Besi Beton

Menurut SNI 07-2050-2002, panjang baja tulangan beton ditetapkan hanya sebesar 6 m, 9 m, dan 12 m. Hal ini merevisi pernyataan pada SII 0136-84 yang menyatakan bahwa baja tulangan beton juga memiliki ukuran 3 m. Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm). Dengan kata lain, toleransi ukuran panjang baja tulangan tidak boleh melebihi 7 cm. Sehingga jika besi ini memiliki panjang 12 meter, maka minimum panjang besi beton tersebut haruslah 12 meter dan panjang maksimum 12.07 meter untuk bisa dikategorikan sebagai besi SNI.

Beton banci yang beredar di pasaran biasanya mereduksi ukuran panjang dan diameternya. Jika biasanya panjang baja tulangan beton adalah 12 meter, maka mereka bisa mereduksinya hingga 11.5 meter atau malah kurang dari itu.

Berat Besi Beton

BSN juga memberikan ketentuan mengenai tabel berat besi beton yang sesuai dengan SNI nih, seperti berat besi 8 dan ukuran besi beton yang lain. Tabel ini dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis besi beton, yaitu tabel besi beton polos dan tabel besi beton ulir. Angka yang tercantum dalam tabel ini memang angka yang pas, tapi dalam praktiknya angka ini dijadikan acuan kisaran dipasaran. Dalam tabel ini diatur mengenai berat nominal pada besi beton ulir.

NoPenamaanBerat nominal / meter*
(kg/m)
PenamaanBerat nominal / meter*
(kg/m)
1P 60,222S 60,222
2P 80,395S 80,395
3P 100,617S 100,617
4P 120,888S 131,042
5P 141,208S 161,578
6P 161,578S 192,226
7P 192,226S 222,984
8P 222,984S 253,853
9P 253,853S 295,185
10P 284,834S 326,313
11P 326,313S 367,990
12P 367,990S 409,865
13P 409,865S 5015,413
14P 5015,413S 5417,978
S 5720,031
Tabel berat besi beton polos dan besi beton ulir

Toleransi Berat Besi Beton

  • Toleransi berat per batang

Berat dalam komoditas besi merupakan hal yang sangat penting mengingat harga besi biasa dihitung berdasarkan beratnya, sama seperti komoditas logam lainnya. Berikut ini ada tabel toleransi berat besi beton per batang. 

Diameter nominal
(mm)
Toleransi
(%)
6 ≤ d ≤ 8± 7
10 ≤ d ≤ 14± 6
16 ≤ d ≤ 29± 5
d > 29± 4
Tabel toleransi berat per batang besi beton

Catatan:

Toleransi berat untuk besi beton = berat nominal – berat aktual / berat nominal x 100% berat

Jenis Sirip pada Besi Beton Ulir

Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Terdapat beberapa jenis sirip/ulir pada besi beton ulir, diantaranya adalah:

  1. Sirip/ulir bambu
Besi beton ulir bambu
Besi beton ulir bambu

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P : jarak sirip/ulir

W : lebar sirip/ulir

T : Gap/rib

  1. Sirip/ulir curam
ulir curam
Besi beton ulir curam

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P : jarak sirip/ulir melintang

W : lebar sirip/ulir membujur

  1. Sirip/ulir tulang ikan
Besi beton ulir tulang ikan
Besi beton ulir tulang ikan

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P : jarak sirip/ulir melintang

W : lebar sirip/ulir membujur

T : Gap/rib

Marking

BSN menetapkan bahwa setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking), salah satunya dengan warna yang tidak mudah hilang pada ujung-ujung penampangnya. Warna-warna ini tidak boleh asal, karena BSN telah menetapkan standarnya sesuai dengan kelas bajanya. BjTP 24 menggunakan warna hitam. BjTP/S 30 memiliki warna biru. BjTS 35 memiliki warna merah. BjTS 40 memiliki warna kuning. Terakhir, BjTS 50 memiliki warna hijau.

Kelas Baja Warna
BjTP 280 BjTS 280 Hitam
BjTS 420A Kuning
BjTS 420B Merah
BjTS 520 Hijau
BjTS 550 Putih
BjTS 700 Biru
Tabel Warna Berdasarkan Kelas Besi Beton SNI

Pengujian Sifat Mekanis Besi Beton SNI

Pengujian sifat mekanis besi beton SNI adalah pengujian sifat-sifat dari bahan yang berkaitan dengan kelakuan (behavior) terhadap pembebanan mekanik pada besi beton. Sifat-sifat ini perlu dipertimbangkan ketika menentukan produk konstruksi baja yang akan digunakan serta proses pengolahan yang dilakukan. Berikut ini adalah beberapa jenis uji sifat mekanis dari besi beton SNI.

Uji Tarik

Uji tarik adalah jenis pengujian dengan melakukan penarikan terhadap besi beton polos/ulir sampai material tersebut putus atau patah. Besi beton polos/ulir yang diberi gaya tarik diletakkan secara sejajar dengan garis sumbunya terhadap permukaan penampangnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kekatan, maupun elastisitas dari besi beton polos/ulir. 

Proses uji tarik besi beton menggunakan mesin uji tarik
Proses uji tarik besi beton menggunakan mesin uji tarik 

Uji tarik dilakukan sesuai SNI 8389. Untuk menghitung kuat luluh dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip/ulir digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji. Nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan salah satu dari metode berikut: 

a. Jika baja tulangan beton mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan turunnya atau berhentinya bacaan dari mesin uji tarik 

b. Jika baja tulangan beton tidak mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan metode offset 0,2 %.

Uji Lengkung

Pengujian lengkung dilakukan sesuai SNI 0410. Uji lengkung (bending) adalah suatu proses pengujian material dengan cara ditekan untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung suatu material yang diuji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu 3 point bending dan 4 point bending. 

Proses uji lengkung besi beton menggunakan mesin uji lengkung
Proses uji lengkung besi beton menggunakan mesin uji lengkung 

Kriteria kelulusan uji lengkung harus memenuhi standard ASME sebagai berikut:

  1. Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan
  2. Untuk Keretakan memaksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara 1mm-3mm
  3. Keretakan sudut maksimal 6mm. Kecuali keretakan berasal dari beberapa jenis retak maka keretakan maksimal 3mm.

Tingkat Kekuatan Besi Beton

Kekuatan besi beton ditentukan oleh sifat mekanisnya. Sifat mekanisnya terdiri dari sifat jangka pendek dan sifat jangka panjang. Sifat jangka pendek sendiri diuraikan berdasarkan kekuatan tekan, kekuatan geser, dan modulus elastisitas. Sedangkan sifat jangka panjang meliputi rangkak dan susut. Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Sedangkan susut adalah penyusutan volume beton yang diakibatkan oleh kehilangan uap air atau akibat penurunan suhu.

Kelas baja tulanganKuat luluh/leleh (YS)
MPs
Kuat tarik (TS)Regangan dalam 200 mm, Min.
BjTP 280Min.280
Maks.405
Min.35011 (d ≤ 10 mm)
12 (d ≥ 12 mm)
BjTS 280Min.280
Maks.405
Min.35011 (d ≤ 10 mm)
12 (d ≥ 13 mm)
BjTS 420AMin. 420
Maks. 545
Min. 5259 (d ≤ 19 mm)
8 (22 ≤ d ≤ 25 mm)
7 (d ≥ 29 mm)
BjTS 420BMin. 420
Maks. 545
Min. 52514 (d ≤ 19 mm)
12 (22 ≤ d ≤ 36 mm)
10 (d >36 mm)
BjTS 520Min. 550
Maks. 675
Min 687,57 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 550Min. 550
Maks. 675
Min. 8057 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 700Min. 700
Maks. 825
Min. 8057 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
Tabel Uji Tarik Sifat Mekanis Besi Beton
Kelas baja tulanganSudut lengkungDiameter pelengkung
mm
BjTP 280180 o3,5d (d ≤ 16 mm)
180 o5d (d ≥ 19 mm)
BjTS 280180 o3,5d (d ≤ 16 mm)
180 o5d (d ≥ 19 mm)
BjTS 420A180 o3,5d (d ≤ 16 mm)
180 o5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)
180 o7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
90 o9d (d > 36 mm)
BjTS 420B180 o3,5d (d ≤ 16 mm)
180 o5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)
180 o7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
90 o9d (d > 36 mm)
BjTS 520180 o5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)
180 o7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
90 o9d (d > 36 mm)
BjTS 550180 o5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)
180 o7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
90 o9d (d > 36 mm)
BjTS 700180 o5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)
180 o7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
90 o9d (d > 36 mm)
Tabel Uji lengkung Sifat Mekanis Besi Beton

Catatan

  1. D adalah diameter nominal besi beton
  2. Hasil uji lengkung tidak boleh menunjukkan retak pada sisi luar lengkungan benda uji lengkung 

Sesuai dengan tabel, tingkat kekuatan pada beton polos terdiri dari 1 tingkat yaitu BjTP 280. Sedangkan untuk beton ulir, terdapat 6 tingkat kekuatan diantaranya adalah BjTS 280, BjTS 420A, BjTS 420B, BjTS 520, BjTS 550, BjTS 700. Besi beton biasanya dikelompokkan berdasarkan tegangan leleh dan kandungan karbonnya. Deed steel (baja sangat lunak) memiliki kandungan karbon ≤0,10%. Low carbon steel (baja lunak) memiliki kandungan karbon 0,10 – 0,25%. Med carbon steel (baja sedang) memiliki kandungan karbon 0,25 – 0,70%. High carbon steel (baja keras) memiliki kandungan karbon 0,70 – 1,50%. Dengan kata lain, semakin tinggi kadar karbonnya, maka semakin kuat dan keras baja tersebut.

Syarat lulus uji

Besi beton dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil memenuhi pasal 6 dan pasal 10.1. Apabila sebagian syarat-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali. Apabila hasil kedua uji ulang semua syarat-syarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi. 

Nah, gimana nih Perkasa Partner? Apakah sudah cukup mengerti mengenai kriteria SNI dari besi beton? Standar Nasional Indonesia yang diterapkan pada material besi ini sebenarnya sangat membantu kita sebagai pengguna untuk hati-hati dalam memilih besi beton yang berkualitas. Sehingga kita harusnya lebih paham, bahwa yang murah tidak selalu lebih baik. Jadi kalau sedang mencari besi beton, Perkasa Partner sekarang tau harus memilih yang mana, ya!

Anyway, Perkasa Partner bisa mengecek tabel berat besi beton dan update harga terbaru di halaman website kami. Jika Perkasa Partner ingin membeli besi beton, jangan ragu untuk segera konsultasikan kebutuhan Anda kepada tim sales kami 🙂

Bagikan sekarang